Logo
Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir Negeri Seribu Kubah

Acara Tahunan Membakar Replika Kapal Bakar Tongkang Terakhir di Riau

girl
2779 Kali Dilihat
Acara Tahunan Membakar Replika Kapal  Bakar Tongkang Terakhir di Riau

Menghormati nenek moyang mereka dan melestarikan tradisi jaman dahulu, kelompok etnis Tionghoa di Bagansiapi-api pada tahun 2018 kembali menggelar Festival Bakar Tongkang 2018 pada tanggal 28 - 30 Juni 2018 di Bagansiapi-api, ibu kota Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.

Bakar Tongkang di sini dimaksudkan membakar kapal yang terakhir.  Bakar Tongkang adalah tradisi tahunan yang memperingati keputusan penting pendatang Tionghoa pertama yang meninggalkan tanah airnya dengan kapal dan menetap di Riau di pulau Sumatera. Keputusan bersejarah ditandai dengan membakar Kapal (terakhir) tempat mereka berlayar, yang sekarang setiap tahun dirayakan dengan membakar replika kapal tradisional Tiongkok di puncak festival.

Festival ini juga dikenal dengan nama Go Gek Cap Lak dalam bahasa Hokkien, yang berasal dari kata Go berarti ke-5 dan Cap Lak yang berarti ke-16, sehingga ritual tersebut dirayakan setiap tahun pada hari ke 16 bulan ke 5 sesuai dengan Kalender China.

Festival Bakar Tongkang merupakan acara tahunan terbesar di Kabupaten Rokan Hilir. Selama festival, ritual dan doa oleh peserta di pura utama diawali, diikuti oleh prosesi budaya, berbagai atraksi oriental yang berbeda seperti Barongsai diadakan, serta panggung hiburan yang disiapkan untuk para pemain yang berasal dari Medan, Singkawang (Kalimantan Barat) serta dari negara tetangga Malaysia, Taiwan, dan Singapura yang membawakan lagu-lagu Hokkien.

Pada puncak festival, yang merupakan pembakaran replika kapal besar, kerumunan dengan cemas mengantisipasi di mana tiang utama akan jatuh. Warga setempat percaya bahwa arah di mana tiang utama jatuh (apakah menghadap ke laut atau menghadap ke pedalaman) akan menentukan nasib mereka di tahun yang akan datang. Jika tiang laut jatuh ke laut, mereka percaya bahwa keberuntungan akan datang sebagian besar dari laut, tapi ketika jatuh ke darat, maka keberuntungan tahun ini sebagian besar akan berasal dari daratan.

Replika kapal bisa berukuran sampai 8,5 meter, lebarnya 1,7 meter dan beratnya mencapai 400Kg. Kapal itu akan disimpan untuk satu malam di Klenteng Hok Hok Eng, diberkati, dan kemudian dibawa dalam sebuah prosesi ke tempat di mana kapal ini akan dibakar. Prosesi tongkang juga melibatkan atraksi Tan Ki di mana sejumlah orang menunjukkan kemampuan fisiknya yang luar biasa dengan menusuk diri dengan pisau tajam atau tombak namun tetap tidak terluka, agak mirip dengan tradisi Tatung di Singkawang di Kalimantan Barat. Sesampainya di situs tersebut, ribuan potongan kertas permohonan berwarna kuning akan dilekatkan pada kapal yang membawa doa dari orang-orang untuk nenek moyang mereka, sebelum kapal tersebut akhirnya dibakar.

Ritual ini juga merupakan manifestasi ucapan terima kasih oleh rakyat kepada para dewa Ki Ong Ya dan Tai Su Ong yang telah membawa nenek moyang mereka dengan selamat ke Bagansiapi-api. Para dewa Ki Ong Yan dan Tai Su Ong mewakili keseimbangan antara kebaikan dan kejahatan, kebahagiaan dan kesedihan, serta keberuntungan dan bencana.

Kota Bagansiapi-api dapat dicapai di darat sekitar 6-7 jam perjalanan atau sekitar 350Km dari Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau. Atau Anda juga bisa sampai di kota Medan di Sumatera Utara sekitar 10-12 jam perjalanan. Ada sejumlah hotel dan penginapan yang dapat memudahkan masa tinggal Anda saat Anda menjelajahi daerah sekitar.

Karena keikutsertaan festival ini setiap tahun, orang-orang keturunan Tionghoa di Asia Tenggara sekarang membuat sebuah titik untuk menghadiri upacara ini dan berduyun-duyun ke festival ini, banyak yang datang dari Thailand, Malaysia, Singapura dan bahkan dari China, selain itu, tentu saja dari Jakarta, Kalimantan, Sumatra dan pulau-pulau di Indonesia lainnya.